Sabtu, 12 Februari 2011

Oooo.....




Paruh pertama ujian sudah berlalu.. :)



Beberapa hari sebelum ujian ada email masuk. Isinya? soal - soal ujian tahun lalu, berbagai mata kuliah :) Hehe.. jadi ingat jaman S1,  berburu "soal-soal tahun lalu" yang dirasa sangat berharga, pokoknya intan berlian menjelang ujian tuh.. :D

Maka saya pun semangat menjawab,"Makasih ya Pakkk.."
Dalam hitungan jam, datang jawaban lagi:

"Itu soal-soal dikirim untuk dijawab, tolong bikin jawaban untuk semuanya, yang benar dan komplet, habis itu dikirim balik ke saya.."

"Oooooooooooooooo....,"  tanpa terasa saya manggut-manggut sambil mulut saya membentuk huruf O sempurna.

*Berasapalingbegosebonbin*

 Gambar dicomot dari sini



Maklumat: Setelah sepekan lebih pingsan-pingsan melulu, hari ini Hapeku mati ti. Udah di tekan power on, dielus elus, dipijet, dibanting, tetep mati. Jadi kalo sms ga masuk nelpon ga masuk.. jangan marah ya.. tinggalkan saja pesan di sini atau di fb, atau kirim email. Sekian dan terima kasih. :)

Senin, 07 Februari 2011

Bagaimana mungkin pembantaian dianggap musibah?

http://www.detiknews.com/read/2011/02/07/215632/1562139/10/gubernur-banten-penyerangan-warga-ahmadiyah-adalah-musibah
Bagaimana mungkin keberingasan itu hanya dianggap musibah? Banjir lahar dingin yang melanda tanah kami adalah musibah, namun pembantaian adalah tindakan kriminal!
===========================================

Senin, 07/02/2011 21:56 WIB
Gubernur Banten: Penyerangan Terhadap Warga Ahmadiyah Adalah Musibah
Muhammad Taufiqqurahman - detikNews

Jakarta - Jemaah Ahmadiyah yang diserang sekelompok orang di Desa Cikeusik, Pandeglang, Banten telah menewaskan tiga orang. Menurut Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah peristiwa ini adalah musibah yang di luar kekuasaan pemerintah untuk mencegahnya.

"Ini musibah, di luar kekuasaan kami sebagai manusia," kata Atut usai mengikuti rapat kerja terbatas dengan Menko Polhukam di kantor Menko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin, (/2/1/2011).

Karena musibah, Atut enggan Pemerintah Banten disebut telah kecolongan dalam peristiwa tersebut. "Sekali lagi Muspida Pendeglang telah mengevakusi pimpinan dan istri. Tapi di malam hari ada yang datang," tutur Ratu Atut.

Apalagi, TNI/ Polri dengan sigap mengamankan keberadaan Ahmadiyah. Namun di luar dugaan terjadi serangan kepada Ahmadiyah. "Ini di luar dugaan. Masyarakat Cikeusik 25 orang (yang mengikuti Ahmadiyah). Tapi keberadannya aktif dan memicu masyarakat setempat," tegas Ratu Atut.

Kini, Pemprov Banten telah menyediakan anggaran untuk kesehatan dan siap menanggung kerusakan yang dialami warga. Selain itu pihaknya juga akan mengusut tuntas alim ulama yang menjadi pemicu anarkis tersebut.

"Ini seperti bencana yang tiba-tiba. Yang melibatkan warga Ahmadiyah," tutup ratu Atut.
(asp/mok)

Loading tiada akhir... hoahemmm...

Kamis, 03 Februari 2011

Jeritan Sunyi di Kelas Advokasi

Berbeda dengan mata kuliah lain yang relatif dibawakan dengan konvensional, one way lecture, atau rada -rada two-ways dengan sedikit kesempatan bertanya di ujung kuliah, maka kelas advokasi lebih "berwarna". Isu isu aktual dimunculkan lewat tayangan film, slides, poster iklan, atau berita dari media. Diskusi sudah dibuka sejak awal, sehingga suasana kelas lebih aktif, relatif agak berisik, dan egaliter. Menjelang kelas dimulai, tidak kelihatan mahasiswa berlarian masuk kelas karena ketakutan kalau keduluan Dosen dan kena tegur, tapi kelas tetap penuh. Rugi kalau sampai telat di kelas unik ini.

Nah, minggu lalu, di kuliah terakhir menjelang ujian, ditayangkan film pendek tentang aborsi, the Silent Scream (Jeritan Sunyi). Film kontroversial ini menyajikan fakta tentang step by step prosedur aborsi dan tayangan life real time dari layar USG ketika dilakukan aborsi terhadap janin berusia 12 minggu.
===========================================

Kapankah sebuah janin dikatakan hidup?
Ada berbagai pendapat tentang penentuan masa itu, masing-masing dengan argumentasinya. Namun dalam film ini, kita bisa melihat bahwa janin berusia 12 minggu itu telah lengkap berbentuk manusia, dengan jantung yang berdenyut 140 kali per menit. Ketika instrumen untuk aborsi berupa suction tenaculum mulai mendekati kantong amnion yang melindungi janin, janin bergerak menjauh. Dapatkah ini menjadi bukti bahwa janin mempunyai naluri menjauhi bahaya? berarti, hidupkah ia? Denyut jantungnya meningkat hingga 200 x. menit..
Lalu ketika akhirnya kantong telah robek dan ciran amnion keluar, datanglah saat kematiannya, ketika alat suction menghisap tubuh mungil janin, menghancurkannya dan menghisapnya hingga lenyap dari rongga rahim. Selesai?

Ternyata tidak. Ada bagian yang tidak dapat masuk ke suction karena terlalu besar. Ya. kepala janin, terlalu besar untuk dapat dihisap begitu saja, sehingga harus dilakukan prosedur lain untuk mengeluarkannya. Instrumen lain pun masuk untuk "menangkap" dan menjepit kepada yang telah terpisah dari badan ini, kemudian dengan sekali tekan, klem ini menghancurkan kepala janin untuk selanjutnya di-suction keluar rahim. Rahim dibersihkan, dan proses aborsi selesai.

Dengan narasi dan tayangan USG yang cukup jelas, film pendek ini menguak sisi gelap aborsi, bahwa ia tidak lain adalah bentuk kekerasan. Pembunuhan, mutilasi, dan pemusnahan, digabung dalam satu tindakan yang secara etis ilmiah mungkin saja legal. Mungkinkah kita dapat hidup normal, menjalani hari demi hari tanpa beban setelah terlibat dalam perbuatan seperti itu?

Tentu saja, selalu harus ada dua sisi dalam satu cerita. film ini dituduh telah mendramatisasi proses aborsi, dengan mengatakan bahwa terbukanya mulut janin ketika pproses aborsi dilakukan dikatakan "seperti menjerit". Para ahli pendukung "pro-choice" mengatakan bahwa film ini menyesatkan karena dalam usia semuda itu, sensasi nyeri belum terbentuk, sehingga janin tidak merasakan apapun. Namun tetap saja, nyeri atau tanpa nyeri, aborsi tetap menyisakan kengerian.

Kontroversi tetap berkepanjangan tentang aborsi, diakui atau tidak. Tidak berbeda juga yang terjadi di negeri ini. Seperti lazimnya hal-hal sensitif di negeri ini, maka lebih baik diam, tidak membicarakan, dan tidak berbuat sesuatu daripada mencari solusi. Klinik aborsi menjamur, istilah aborsi disamarkan menjadi, disedot, atau digugurkan, namun aborsi tetap ada, dan angkanya cukup besar. Membayangkan sekian banyak janin mengalami nasib mengenaskan seperti dalam film ini, seharusnya cukup menggugah hati nurani kita untuk mempertanyakan kembali, apa yang dapat kita lakukan. Cukupkah hanya berdiam diri saja? Tidak hanya aborsi oleh pasangan pra nikah, remaja, atau mahasiswa saja, namun pikirkan juga aborsi di dalam pernikahan. Berapa banyak pasangan yang melakukan aborsi karena gagal KB, jarak kehamilan yang terlalu dekat, atau alasan lain?

====================================================

Ketika tayangan film pendek ini berakhir, kelas mendadak senyap. Beberapa mahasiswa bahkan kelihatan membasah matanya. Apapun kontroversi yang muncul di awal kelas tadi, rasanya telah terjawab. Aborsi memang mengerikan.


Note: The Silent Scream dapat diunduh lewat youtube.
Gambar janin 11 minggu diambil dari http://www.silentscream.org/silent_e.htm