Dapatkah label pada kemasan makanan meramalkan masa depan? Saya katakan,
ya, dapat. Tidak percaya? Coba kumpulkan kemasan makanan yang telah Anda beli
minggu ini, lalu bacalah labelnya. Pelajari semua kandungannya, termasuk zat
pewarna, pengawet, dan zat tambahan lainnya. Maka Anda akan mendapatkan
gambaran masa depan Anda. Mengapa? Dari label makanan, Anda dapat mengetahui
apakah makanan favorit Anda banyak mengandung bahan-bahan yang menggemukkan,
membuat sakit atau bahkan berbahaya bagi kesehatan. Maka label makanan akan
dapat memperkirakan, apakah Anda akan menjadi kegemukan dan tidak sehat atau akan
tetap bugar dan sehat di masa depan.
Namun sayangnya, label
makanan tidak memberi jawaban tentang masa depan secara jelas dan langsung. Bayangkan
saja panjangnya daftar kandungan makanan: Badan makanan dan obat Amerika (FDA)
telah menyetujui lebih dari 3000 zat tambahan makanan (zat aditif). Apakah kita
harus mengetahui dan menghapal semuanya? Untungnya tidak. Yang penting, ingat
saja zat-zat yang jahat. Setidaknya ada ada delapan zat yang sebaiknya tidak
ada dalam makanan kemasan yang kita beli, yaitu:
1. Butylated hydroxyanisole (BHA)
Bahan pengawet ini digunakan
untuk mencegah pembusukan makanan yang mengandung minyak. Sayangnya, BHA (Butylated hydroxyanisole) telah terbukti
menjadi penyebab kanker pada tikus, mencit, dan hamster. Alasan mengapa BHA
masih dibolehkan adalah karena masalah teknis – tikus, mencit, dan hamster itu
terkena kanker pada lambung pertama, organ yang tidak dimiliki manusia.
Namun demikian, penelitian yang dipublikasi di Japanese
Journal of Cancer Research itu menyimpulkan bahwa BHA
“layak diantisipasi sebagai zat yang bersifat karsinogenik”, dan menurut saya,
itu adalah alasan yang layak untuk menghilangkannya dari makanan kita.
2. Parabens
Pengawet makanan ini
digunakan untuk menghambat jamur dan ragi pada makanan. Masalahnya paraben juga
mengganggu keseimbangan hormonal tubuh. Sebuah penelitian di jurnal Food Chemical Toxicology menemukan bahwa
makan paraben setiap hari dapat menurunkan produksi testosteron dan sperma pada
tikus, dan paraben juga ditemukan ada pada jaringan kanker payudara.
3. Partially Hydrogenated Oil
Merupakan nama lain dari lemak trans. Proses kimia yang
disebut hidrogenasi parsial (partial
hidrogenation) menghasilkan Lemak trans (trans fat). Minyak sayur cair (lemak tak jenuh tunggal yang sehat)
ditambah dengan atom hidrogen dan diubah menjadi lemak padat. Lemak padat dianggap
ideal oleh industri makanan karena titik lelehnya yang tinggi dan teksturnya
halus. Selain itu lemak trans juga memperpanjang masa simpan makanan, dan
memberi rasa lebih enak pada makanan, misalnya memberi rasa gurih yang “lumer
di mulut” pada biskuit kraker. Tidak seperti lemak yang lain, (jenuh, lemak tak
jenuh ganda dan tak jenuh tunggal), lemak trans, atau trans-fatty acid/ trans fat, adalah lemak yang sebagian besar merupakan
lemak buatan, meskipun sejumlah kecil lemak trans didapatkan secara alami dalam
daging dan produk susu.
Konsumsi
lemak trans
yang tinggi meningkatkan
risiko penyakit
jantung koroner
dengan meningkatkan tingkat
kolesterol
“jahat” LDL dan
menurunkan kadar
kolesterol
"baik"
HDL.
Hal yang selalu harus
diingat adalah: Jangan mengacaukan “0 gram lemak trans” dengan bebas lemak
trans (trans fat free). Badan
Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikaat (FDA) mengizinkan produk untuk
mengklaim nol gram lemak trans selama kandungannya kurang dari setengah gram
per sajian. Ini artinya suatu makanan dapat mengandung 0.49 gram lemak trans
per sajian dan tetap disebut makanan yang tidak mengandung lemak trans. Karena jumlah
terbesar yang boleh dikonsumsi sehari hanya 2 gram, maka jika tidak
berhati-hati, seseorang yang makan makanan kecil mengandung lemak trans
berulang-ulang dalam sehari akan mudah melampaui batas konsumsi itu. Tanda-tanda bahwa makanan Anda mengandung zat tersebut? Cari partially hydrogenated oil pada
kandungan makanan kecil favorit Anda. Jika ada, maka Anda harus waspada dengan
risiko penyumbatan arteri karena kelebihan kolesterol jahat.
4. Sodium Nitrite
Nitrit dan Nitrat digunakan
untuk menghambat bakteria yang menyebabkan botulism dan untuk mempertahankan
warna merah muda pada daging olahan, inilah mengapa penggunaannya diizinkan.
Sayangnya, begitu dicerna, nitrit dapat bersatu dengan asam amino (daging merupakan
sumber utama asam amino) untuk membentuk nitrosamines, senyawa yang merupakan
karsinogen kuat. Asam askorbat dan eritorbat – komponen utama vitamin
C- telah terbukti
menurunkan risiko kanker, dan
sebagian besar produsen sekarang menambahkan
salah satu atau keduanya untuk
produk mereka. Cara ini memang membantu, namun, cara terbaik untuk
mengurangi risiko adalah dengan membatasi
asupan nitrit pada makanan Anda.
5. Pewarna karamel
Zat tambahan ini tidak akan membahayakan jika dibuat dengan cara kuno
–dengan air dan gula, di atas kompor. Tetapi industri makanan tentu saja tidak
memakai cara kita di rumah membuat karamel. Mereka menambahkan amonia pada
gula, yang dapat menghasilkan zat karsinogen yang ganas. Seberapa karsinogeniknya
senyawa ini? Sebuah pusat riset melaporkan bahwa kadar pewarna karamel yang
tinggi pada minuman soda bertanggung jawab atas 15.000 kanker di Amerika
Serikat setiap tahunnya.
6. Castoreum
Castoreum atau kastor
merupakan salah satu "bahan-bahan alami" yang digunakan untuk bumbu
makanan. Meskipun tidak berbahaya, namun bahan ini berasal dari kelenjar di
daerah anus berang-berang. Castoreum
adalah zat yang terbuat dari kantung Castor berang-berang, atau kelenjar bau di
daerah anus. Kelenjar ini menghasilkan sekresi ampuh yang membantu binatang
menandai wilayah mereka di alam liar. Dalam industri makanan, 1.000 pon bahan
menjijikkan ini digunakan setiap tahun untuk memberi rasa makanan -biasanya
rasa vanili atau raspberry- dengan rasa musky
yang khas.
7. Pewarna Makanan
Banyak permen dan sereal manis dengan rasa buah sama
sekali tidak mengandung buah, melainkan bergantung pada pewarna buatan dan
perasa yang mengesankan suatu rasa yang berhubungan dengan alam. zat pewarna memungkinkan
produsen untuk menutupi warna menjemukan dari makanan yang diproses di pabrik, namun sayangnya pewarna tertentu telah terbukti
berhubungan dengan penyakit yang lebih serius. Sebuah penelitian yang ditulis
di Journal of Pediatrics mengaitkan pewarna
Yellow
5 dengan hiperaktif pada anak-anak. Para peneliti Kanada menemukan Yellow 6 dan Red 40 terkontaminasi zat karsinogenik, sedangkan pewarna Red 3 diketahui menyebabkan tumor.
Intinya? Hindari pewarna buatan sebanyak mungkin.
8. Hydrolyzed Vegetable Protein
Protein hidrolisat atau Hydrolyzed Vegetable Protein, yang digunakan
sebagai penguat rasa, merupakan protein nabati yang telah dipecah secara kimiawi menjadi asam amino. Salah satu
dari asam amino ini, asam glutamat, dapat melepaskan glutamat
bebas. Ketika glutamat ini bergabung dengan
natrium bebas dalam tubuh Anda,
mereka membentuk monosodium glutamat (MSG), zat aditif
yang diketahui menyebabkan reaksi
antara lain seperti sakit kepala, mual,
dan lemas, pada individu yang sensitif. Jika
MSG ditambahkan ke produk secara langsung, produsen harus menuliskannya pada label.
Tetapi jika itu terjadi sebagai produk sampingan dari protein hidrolisat seringkali ini tidak dituliskan.
Nah, selamat mencermati kemasan makanan..