Selamat Jalan!
===============================================
Sajak Seorang Tua Untuk Istrinya
WS Rendra
–
Aku tulis sajak ini, untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
Kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita, yang hampir rampung
Dan dengan lega akan kita lunaskan
Kita tidaklah sendiri dan terasing dengan nasib kita
Karena soalnya adalah hukum sejarah kehidupan
Suka duka kita bukanlah istimewa
Karena setiap orang mengalaminya
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
Bekerja membalik tanah
Memasuki rahasia langit dan samudra
Serta mencipta dan mengukir dunia
Kita, menyandang
tugas
Karena tugas adalah tugas
Bukannya demi sorga atau neraka
Tetapi demi kehormatan seorang manusia!
Karena sesungguhnya, kita bukan debu
Meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu
Kita adalah kepribadian
Dan harga kita adalah kehormatan kita…
Tolehlah lagi kebelakang
Ke masa silam yang tak seorangpun kuasa menghapuskannya
Lihatlah! Betapa tahun tahun kita penuh warna
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita
Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
Melewatkan tahun tahun lama yang porak poranda
Dan kenangkanlah pula,
Bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
Menghadapi langit dan bumi
Dan juga…nasib kita
Kita tersenyum bukanlah karena bersandiwara
Bukan karena senyuman adalah satu kedok
Tetapi karena senyuman adalah satu sikap
Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama, nasib, dan…kehidupan
Lihatlah! Sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah, bahwa kita telah selalu menolak menjadi korban
Kita menjadi goyah dan bongkok
Karena usia nampaknya lebih kuat dari kita
Tapi, bukan karena kita telah terkalahkan!
Aku tulis sajak ini, untuk menghibur hatimu
Sementara kamu kenangkan encokmu
Kenangkanlah pula,
Bahwa kita ditantang seratus dewa!
selamat jalan, mas willy!
BalasHapusmerasa khilangan juga aku...sajak2 blio bikin yg dgrnya bergetar :(
BalasHapusaku ra kenal tp kok yo kelangan yaaa...
BalasHapusT_T
BalasHapuslho ...meninggal tho ? *ketinggalan berita*
BalasHapusmakasih mbak.... sudah berbagi salah satu puisi mas WS Rendra.... *kehilangan...*
BalasHapusp.s. saya sudah baca tulisan mbak Hida beberapa tahun lalu yang ditulis setelah mendengarkan pembacaan puisi seorang burung merak, tulisannya bagus.... terasa emosinya... saya jadi terharu.
Selamat Jalan, Eyang Rendra..
BalasHapusBener mbak Sikrit.. kata katanya magis..
BalasHapuspodho.. :)
BalasHapusBener Jeng.. WS Rendra sudah meninggal..
BalasHapusSama - sama..
BalasHapusTulisan ini? Itu kesempatan pertama, dan sekaligus terakhir saya menikmati pembacaan puisi Beliau.. he's the best!
ya, tulisan itu.... dirimu beruntung.... he is indeed the best.
BalasHapusmoelatulie said:"dia bapak sejatiku"
BalasHapusmoelatulie said: "suka duka kita bukanlah istimewa" "karena setiap orang mengalaminya" kalau saya susah kata-kata ini sebagai penghiburan yang sakti,saya masih berduka cita dan sangat kehilangan dia,saya pengemar beratnya sejak tahun 70an dan saya jadi seniman karena dia. (www.facebook.com/moeltatulie)
BalasHapusIya.. he is still the Best..
BalasHapus