Jumat, 26 Agustus 2011

Lagi, seorang profesor terbukti menjiplak


http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=101562
Rabu, 24 Agustus 2011 , 19:30:00
Terbukti Plagiat, Gelar Profesor Dicopot

JAKARTA--Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Djoko Santoso mengatakan, Guru Besar Universitas Riau (UNRI), Prof II, terbukti melakukan plagiarisme dalam membuat buku berjudul Sejarah Maritim. Buku dimaksud merupakan jiplakan dari buku Budaya Bahari karya Mayor Jenderal (Marinir) Joko Pramono tahun 2005.

"Beberapa waktu lalu, saya sudah meminta Rektor UNRI untuk datang ke Jakarta guna menyelesaikan masalah tersebut. Menurut informasi yang ada saat ini, guru besar yang tersangkut masalah ini dikenakan sanksi penurunan pangkat dan jabatan fungsional. Ini berat sanksinya," ungkap Djoko ketika ditemui di Gedung Kemdiknas, Jakarta, Rabu (24/8).

Berdasarkan analisa dan melihat berbagai pertimbangan akademik, sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, maka diusulkan bahwa yang bersangkutan dijatuhkan sanksi. Hukumannya berdasarkan Pasal 12 Ayat (2) huruf (d). Pasal itu berisikan hukuman penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional. Kasus ini, dinilai ada kelalaian dan unsur kesengajaan yang bersangkutan dalam menerbitkan buku Sejarah Maritim. Apalagi buku itu dijual untuk umum.

Menurut Djoko, meskipun sanksi yang terberat adalah diberhentikan, akan tetapi jika gelar guru besar diturunkan jabatan fungsionalnya itu, maka tidak bisa disebut sebagai guru besar. "Nah, kalau diturunkan seperti ini, maka bukan Profesor lagi. Jadi tidak ada gelar apa-apa lagi. Misalnya namanya Profesor A, maka sekarang namanya hanya A dan tidak pakai gelar Profesor lagi. Selain itu, haknya juga menjadi turun satu level di bawahnya, atau menjadi Lektor Kepala," tukasnya.

Djoko menilai, tindakan plagiat yang dilakukan guru besar UNRI tersebut memang melanggar. Pasalnya, benar-benar hampir sama, dan hanya diganti judul dan nama penulisnya saja." Ya plagiat semua, plek plek itu, dia kan plagiat apakah sebagian atau seluruhnya sama aja," seru Djoko.

Mantan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menjelaskan, kasus ini harus menjadi suatu pelajaran bagi semua pihak, di mana sejak anak-anak harus dibiasakan memiliki karakter yang baik. Sehingga, sejak dini sudah memiliki jiwa tidak suka mencontek dan menjiplak. "Kalau dari kecil sudah terbiasa nyontek, maka ke depannya di dalam akademik bisa menjadi plagiat. Bahkan di birokrasi juga bisa menjadi koruptor. Oleh karena itu, sedini mungkin kita harus bisa menegakkan karakter baik dan selalu berpikir secara positif," imbuhnya.

Lebih lanjut Djoko menambahkan, ada beberapa cara yang wajib dilakukan dalam menyusun suatu karya tulis. Sehingga, pada saat mengutip suatu tulisan dari pihak lain, tidak dicap plagiat. Ia mencontohkan, misalnya kita mengutip tulisan si AA, maka kita harus menyebutkan nama si AA di samping kalimat kutipan yang kita gunakan.

"Harus ditulis, namanya AA, penerbitnya apa dan tahun berapa. Kalau caranya begitu, tidak apa-apa dan sah-sah saja. Gampang kok. Referensi di halaman belakang lalu catatan kaki di bawah. Intinya, menulis sumbernya, itulah tata cara menulis yang baik," tambah Djoko.

Hanya saja, Djoko menegaskan, masalah ini tidak termasuk ke dalam masalah kriminal. Hal ini disebabkan karena masih berada di lingkungan akademik. "Masalah plagiat itu bukan kriminal. Dan untuk sanksi selanjutnya, secara resmi belum dilaporkan ke pusat (Kemdiknas). Maka nanti akan kita lihat lagi peraturannya, karena pemberian sanksi ini memang harus lebih hati-hati," ujarnya. (Cha/jpnn)
---------------------------------------------------------------------------------

Memalukan........
Benarkah ini bukan perbuatan kriminal?
Menjiplak buku dan menjualnya untuk umum?

sebelum dibilang menjiplak, foto diambil dari:http://www.wornthrough.com/blog/wp-content/uploads/2009/02/bart-plagiarism.bmp :)

22 komentar:

  1. Cen memalukan tenan.. ora isin karo gelare propesor ya?
    Nek duwe isin yo sebaiknya mengundurkan diri wae lah..
    Generasi pendahulunya ono kih Mbak:
    http://srhida.multiply.com/links/item/70/Pagiarisme_oleh_Akademisi_di_Jakarta_Post.._Prihatin

    BalasHapus
  2. Nanti link ak baca pas buka komputer meneh, wis tak tutup hehe

    Tapi ak jd inget dosenku mbiyen, jg njiplak artikel utk media lokal, dapet sanksi diskorsing. Habis itu balik ngajar, wibawanya dah remuk di hadapan mahasiswa

    BalasHapus
  3. ada website pribadi juga loh, ada MP-nya ga?

    http://www.isjoni.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2&Itemid=2

    malu juga saya sebagai sesama daerah Riau...

    BalasHapus
  4. kok ya isih wani balik ngajar neh..

    BalasHapus
  5. wah... kok ya dibela beliain menjiplak buku, demi apa?

    BalasHapus
  6. yah kita semua ikut malu Do.. mudah mudahan kita nggak ketularan ya..

    BalasHapus
  7. Judul website nya keren: Hasilkan 87 buku karya anak negeri, dan masih terus berkarya.. :D

    BalasHapus
  8. mungkin prof-e kehabisan ide, jadi kebabalasan njiplak, hehe... tapi klo dari ceritanyanya sih karena dia terlalu percaya pada stafnya yyang mencarikan bahan untuk buku itu...

    BalasHapus
  9. Padahal pengalamanku jadi asisten beberapa profesor yang berbeda, mereka itu makhluk-makhluk yang super duper teliti, detail, selalu ingat apa yang kita tulis dan katakan.. dan selalu ingat pada bahan yang pernah mereka baca (jadi dapat membedakan tulisan yang ori dan yang kw.. :p).. lha ini kok ada profesor "pasrah bongkokan" sama asistennya gitu.. profesor yang aneh..

    BalasHapus
  10. Waduh,ini kampusnya di mana ya?
    *halaaahhh

    Btw,saya mimpi hal ini 2 hari yang lalu. Eh ternyata jadi kenyataan.

    BalasHapus
  11. Ibarat sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya.
    Tampaknya kudu di check semua karya-karyanya tuh.

    BalasHapus
  12. Msh mending skripsi gw dong.....njiplak depannya doang, cuma beda di hasil dan kesimpulan:-P

    BalasHapus
  13. Turut berduka cita Ram... :)
    Ini berita tanggal 24 Agustus Ram, ya mungkin pas dimimpiin itu :D, eh tidurnya nggak sambil baca koran kan?

    BalasHapus
  14. setuju...
    ha nek cuma njiplak wae seratus buku aku yo iso.. :)

    BalasHapus
  15. Huehhehe.. biasane skripsi memang "diilhami" skripsi sebelumnya dengan modifikasi di sana-sini, hasil dan kesimpulan ha yo mesthi beda nek penelitian tenan :)

    BalasHapus
  16. Saya mimpi itu sebelum baca koran. Pas baca koran teringat "eh,ini bukannya mimpi yag tadi"

    BalasHapus
  17. Sampai saat ini sang plagiator masih memimpin PGRI Riau,dasar gak tau malu

    BalasHapus