Rabu, 27 Februari 2008

Swamedikasi atau pengobatan sendiri yang aman, mungkinkah?

Jika Anda atau anggota keluarga mengalami sakit ringan seperti nyeri kepala, nyeri haid, batuk atau jatuh karena kecelakaan ringan, apakah Anda segera mencari pertolongan medis? atau berusaha mengatasi sendiri, dengan memanfaatkan obat yang tersedia di rumah?

Jika Anda memilih opsi kedua, maka apa yang Anda lakukan adalah swamedikasi atau pengobatan sendiri. Jadi, Swamedikasi, atau pengobatan sendiri adalah perilaku untuk mengatasi sakit ringan sebelum mencari pertolongan ke petugas atau fasilitas kesehatan. Lebih dari 60% dari anggota masyarakat melakukan swamedikasi, dan 80% di antaranya mengandalkan obat modern (1).

Swamedikasi bermanfaat dalam pengobatan penyakit atau nyeri ringan, hanya jika dilakukan dengan benar dan rasional, berdasarkan pengetahuan yang cukup tentang obat yang digunakan dan kemampuan nengenali penyakit atau gejala yang timbul. Swamedikasi secara serampangan bukan hanya suatu pemborosan, namun juga berbahaya.

Setidaknya ada lima komponen informasi yang yang diperlukan untuk swamedikasi yang tepat menggunakan obat modern, yaitu pengetahuan tentang kandungan aktif obat (isinya apa?), indikasi (untuk mengobati apa?), dosage (seberapa banyak? seberapa sering?), effek samping, dan kontra indikasi (siapa/ kondisi apa yang tidak boleh minum obat itu?).

Sayangnya, komponen - komponen informasi itu tidak banyak dikuasai oleh pelaku swamedikasi. Sebuah survey yang dilakukan di Yogyakarta, yang meminta responden menceritakan tentang obat OTC (over the counter/ obat non resep/ obat bebas) yang paling sering mereka konsumsi, menunjukkan rendahnya skor penguasaan komponen - komponen informasi ini di antara responden (2).

Kurangnya informasi tentang kandungan aktif obat, misalnya, menyebabkan konsumen mengaitkan nama dagang langsung ke gejala sakit tertentu, dengan mengabaikan fakta bahwa banyak nama dagang mempunyai kandungan aktif yang sama. Hal ini tentu saja dipicu juga oleh gencarnya iklan obat di berbagai media massa. Pengaruh langsung kekurangan informasi ini dapat dilihat dari pola konsumsi obat dalam rumah tangga, di mana telah ditemukan beberapa nama dagang obat digunakan secara bersamaan. Banyak pelaku swamedikasi juga secara fanatik menolak menggunakan obat dengan merek dagang lain, kendati kandungan aktifnya sama (3). Hal ini merupakan pemborosan, padahal alasan melakukan swamedikasi sebagian besar adalah penghematan. Akibat lain, yang tidak dapat diukur dengan uang, adalah risiko akibat penggunaan obat secara salah; misalnya penumpukan dosis karena mengkonsumsi obat dari beberapa merek sekaligus.

Akibat kurangnya informasi tentang indikasi, dosage, efek samping, dan kontra indikasi, misalnya penggunaan analgesik dalam jangka panjang untuk "menjaga kesehatan", munculnya efek samping yang ditafsirkan sebagai "gejala baru" (dan mengkonsumsi obat lain untuk mengatasinya) dan risiko kontraindikasi.

Secara singkat, swamedikasi yang diharapkan bermanfaat, dapat menjelma menjadi bencana jika tidak dilakukan secara tepat. Penguasaan informasi dan ketrampilan dalam memilih obat harus diupayakan bagi seluruh masyarakat.

Sebenarnya, lima komponen informasi yang diperlukan, telah tersedia di dalam kemasan atau package insert. Mengapa informasi ini harus disia - siakan? Informasi ini relatif dapat dipercaya,  meskipun seringkali kurang lengkap, sulit dibaca dan sulit dimengerti.

(bersambung)

berikutnya: Bagaimana mengembangkan ketrampilan untuk memilih obat secara kritis dan rasional dengan memanfaatkan sumber informasi yang ada?  

-----------------------------------------------------------------------------

Bacaan:

 

  1. Tanudjaja FK, Suryawati S., Factors influencing self medication, Abstract book, Asian Conference on Clinical Pharmacology and Therapeutics, Yogyakarta, 1 - 4 Nov 1993
  2. Rustamaji, Hidayati S., Radyowiyati A, Suryawati S.(1993), knowledge about drugs for self medication among families and university students, Abstract book, Asian Conference on Clinical Pharmacology and Therapeutics, Yogyakarta, 1 - 4 Nov 1993
  3. Suryawati S & Santoso B (1992) Improving mothers' knowledge and skills in selecting medicine using CBIA method ( a field-test result), Indon. J. Pharmacol. Ther 9(2):47

Minggu, 24 Februari 2008

Ketularan Bidadari Botak

Salah satu pengaruh positif si Bidadari Botak yang libur panjang di Yogja:
Jadi ikutan rajin pakai lulur mandi tiap hari....
biar kulit bersih, wangi, dan mulus..:)



ps: Nozqaa.. aku udah beli sendiri lhooo...


Selasa, 12 Februari 2008

Kirab Budaya




Date: Saturday, January 5, 2008
Location: Malioboro, Yogyakarta

Foto sebulan yang lalu :)
Detail acara Kirab Budaya dapat dibaca di sini