Jumat, 14 Desember 2012

Delapan Zat Aditif yang Sebaiknya Tidak Ada Dalam Makanan Favorit Kita



Dapatkah label pada kemasan makanan meramalkan masa depan? Saya katakan, ya, dapat. Tidak percaya? Coba kumpulkan kemasan makanan yang telah Anda beli minggu ini, lalu bacalah labelnya. Pelajari semua kandungannya, termasuk zat pewarna, pengawet, dan zat tambahan lainnya. Maka Anda akan mendapatkan gambaran masa depan Anda. Mengapa? Dari label makanan, Anda dapat mengetahui apakah makanan favorit Anda banyak mengandung bahan-bahan yang menggemukkan, membuat sakit atau bahkan berbahaya bagi kesehatan. Maka label makanan akan dapat memperkirakan, apakah Anda akan menjadi kegemukan dan tidak sehat atau akan tetap bugar dan sehat di masa depan.
Namun sayangnya, label makanan tidak memberi jawaban tentang masa depan secara jelas dan langsung. Bayangkan saja panjangnya daftar kandungan makanan: Badan makanan dan obat Amerika (FDA) telah menyetujui lebih dari 3000 zat tambahan makanan (zat aditif). Apakah kita harus mengetahui dan menghapal semuanya? Untungnya tidak. Yang penting, ingat saja zat-zat yang jahat. Setidaknya ada ada delapan zat yang sebaiknya tidak ada dalam makanan kemasan yang kita beli, yaitu:

1. Butylated hydroxyanisole  (BHA)
Bahan pengawet ini digunakan untuk mencegah pembusukan makanan yang mengandung minyak. Sayangnya, BHA (Butylated hydroxyanisole) telah terbukti menjadi penyebab kanker pada tikus, mencit, dan hamster. Alasan mengapa BHA masih dibolehkan adalah karena masalah teknis – tikus, mencit, dan hamster itu terkena kanker pada lambung pertama, organ yang tidak dimiliki manusia. Namun demikian, penelitian yang dipublikasi di Japanese Journal of Cancer Research itu menyimpulkan bahwa BHA “layak diantisipasi sebagai zat yang bersifat karsinogenik”, dan menurut saya, itu adalah alasan yang layak untuk menghilangkannya dari makanan kita.

2. Parabens
Pengawet makanan ini digunakan untuk menghambat jamur dan ragi pada makanan. Masalahnya paraben juga mengganggu keseimbangan hormonal tubuh. Sebuah penelitian di jurnal Food Chemical Toxicology menemukan bahwa makan paraben setiap hari dapat menurunkan produksi testosteron dan sperma pada tikus, dan paraben juga ditemukan ada pada jaringan kanker payudara.




 
3. Partially Hydrogenated Oil
Merupakan nama lain dari lemak trans. Proses kimia yang disebut hidrogenasi parsial (partial hidrogenation) menghasilkan Lemak trans (trans fat). Minyak sayur cair (lemak tak jenuh tunggal yang sehat) ditambah dengan atom hidrogen dan diubah menjadi lemak padat. Lemak padat dianggap ideal oleh industri makanan karena titik lelehnya yang tinggi dan teksturnya halus. Selain itu lemak trans juga memperpanjang masa simpan makanan, dan memberi rasa lebih enak pada makanan, misalnya memberi rasa gurih yang “lumer di mulut” pada biskuit kraker. Tidak seperti lemak yang lain, (jenuh, lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal), lemak trans, atau trans-fatty acid/ trans fat, adalah lemak yang sebagian besar merupakan lemak buatan, meskipun sejumlah kecil lemak trans didapatkan secara alami dalam daging dan produk susu.
Konsumsi lemak trans yang tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dengan meningkatkan tingkat kolesterol “jahat” LDL dan menurunkan kadar kolesterol "baik" HDL.
Hal yang selalu harus diingat adalah: Jangan mengacaukan “0 gram lemak trans” dengan bebas lemak trans (trans fat free). Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikaat (FDA) mengizinkan produk untuk mengklaim nol gram lemak trans selama kandungannya kurang dari setengah gram per sajian. Ini artinya suatu makanan dapat mengandung 0.49 gram lemak trans per sajian dan tetap disebut makanan yang tidak mengandung lemak trans. Karena jumlah terbesar yang boleh dikonsumsi sehari hanya 2 gram, maka jika tidak berhati-hati, seseorang yang makan makanan kecil mengandung lemak trans berulang-ulang dalam sehari akan mudah melampaui batas konsumsi itu. Tanda-tanda bahwa makanan Anda mengandung zat tersebut? Cari partially hydrogenated oil pada kandungan makanan kecil favorit Anda. Jika ada, maka Anda harus waspada dengan risiko penyumbatan arteri karena kelebihan kolesterol jahat.

4. Sodium Nitrite
Nitrit dan Nitrat digunakan untuk menghambat bakteria yang menyebabkan botulism dan untuk mempertahankan warna merah muda pada daging olahan, inilah mengapa penggunaannya diizinkan. Sayangnya, begitu dicerna, nitrit dapat bersatu dengan asam amino (daging merupakan sumber utama asam amino) untuk membentuk nitrosamines, senyawa yang merupakan karsinogen kuat. Asam askorbat dan eritorbat – komponen utama vitamin C- telah terbukti menurunkan risiko kanker, dan sebagian besar produsen sekarang menambahkan salah satu atau keduanya untuk produk mereka. Cara ini memang membantu, namun, cara terbaik untuk mengurangi risiko adalah dengan membatasi asupan nitrit pada makanan Anda.

5. Pewarna karamel
Zat tambahan ini tidak akan membahayakan jika dibuat dengan cara kuno –dengan air dan gula, di atas kompor. Tetapi industri makanan tentu saja tidak memakai cara kita di rumah membuat karamel. Mereka menambahkan amonia pada gula, yang dapat menghasilkan zat karsinogen yang ganas. Seberapa karsinogeniknya senyawa ini? Sebuah pusat riset melaporkan bahwa kadar pewarna karamel yang tinggi pada minuman soda bertanggung jawab atas 15.000 kanker di Amerika Serikat setiap tahunnya.

6. Castoreum
Castoreum atau kastor merupakan salah satu "bahan-bahan alami" yang digunakan untuk bumbu makanan. Meskipun tidak berbahaya, namun bahan ini berasal dari kelenjar di daerah anus berang-berang. Castoreum adalah zat yang terbuat dari kantung Castor berang-berang, atau kelenjar bau di daerah anus. Kelenjar ini menghasilkan sekresi ampuh yang membantu binatang menandai wilayah mereka di alam liar. Dalam industri makanan, 1.000 pon bahan menjijikkan ini digunakan setiap tahun untuk memberi rasa makanan -biasanya rasa vanili atau raspberry- dengan rasa musky yang khas.

7. Pewarna Makanan
Banyak permen dan sereal manis dengan rasa buah sama sekali tidak mengandung buah, melainkan bergantung pada pewarna buatan dan perasa yang mengesankan suatu rasa yang berhubungan dengan alam. zat pewarna memungkinkan produsen untuk menutupi warna menjemukan dari makanan yang diproses  di pabrik,  namun sayangnya pewarna tertentu telah terbukti berhubungan dengan penyakit yang lebih serius. Sebuah penelitian yang ditulis di Journal of Pediatrics mengaitkan pewarna  Yellow 5 dengan hiperaktif pada anak-anak. Para peneliti Kanada menemukan Yellow 6 dan Red 40 terkontaminasi zat karsinogenik, sedangkan pewarna Red 3 diketahui menyebabkan tumor. Intinya? Hindari pewarna buatan sebanyak mungkin.

8. Hydrolyzed Vegetable Protein
Protein hidrolisat atau Hydrolyzed Vegetable Protein, yang digunakan sebagai penguat rasa, merupakan protein nabati yang telah dipecah secara kimiawi menjadi asam amino. Salah satu dari asam amino ini, asam glutamat, dapat melepaskan glutamat bebas. Ketika glutamat ini bergabung dengan natrium bebas dalam tubuh Anda, mereka membentuk monosodium glutamat (MSG), zat aditif yang diketahui menyebabkan reaksi antara lain seperti sakit kepala, mual, dan lemas, pada individu yang sensitif. Jika MSG ditambahkan ke produk secara langsung, produsen harus menuliskannya pada label. Tetapi jika itu terjadi sebagai produk sampingan dari protein hidrolisat seringkali ini tidak dituliskan.


Nah, selamat mencermati kemasan makanan.. 


Tambahan tentang lemak trans diambil dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Trans_fat

3 komentar:

  1. indonesia raya opo bedane dikei label mbek ora
    ncen do angel dikandani kok...

    BalasHapus
  2. Ojo putus asa sik.. ngandhani bocah atau ngandhani masyarakat kan podho wae Mas.. ra cukup sepisan.. :)

    BalasHapus
  3. Endapan zat adiktif berbahaya. Sama seperti penggunaan kemasan styrofoam ataupun plastik. Lebih aman menggunakan Dus Makanan dari bahan kertas.

    BalasHapus