Senin, 11 Januari 2010

Bagaimana Menyadarkan Perokok yang Egois ?


http://www.facebook.com/home.php?#/notes/widodo-judarwanto/bagaimana-cara-menyadarkan-perokok-yang-egois-/263559613688
Merokoklah, tapi jangan menyiksa orang lain dengan asapnya!
===================================================

Suatu siang yang terik tampak di suatu restoran penuh asap rokok mengepul. Beberapa perokok, mengepulkan asap rokok berfilter dengan wajah tanpa dosa. Padahal, di ruangan ber AC tertutup, banyak orang bukan perokok menghisap asap rokok tersebut tanpa filter di mulut. Bahkan, terdapat banyak anak usia balita bahkan ibu hamil.

Di pojok ruangan seorang Ibu gelisah ketika anak seusia 3 tahun terbatuk-batuk terkena asap rokok tersebut. Saat sang perokok diberitahu dengan sopan bahwa asapnya menganggu anaknya, dengan wajah kaku si perokok berkata : di sini tidak ada tanda di larang merokok, bu !. Beruntunglah si Ibu, ketika seorang lelaki bertubuh besar di meja lain dengan gemas ikut mendamprat sang perokok untuk segera mematikan rokoknya. Kontan saja, api rokok tersebut langsung dimatikan.

Saya yang saat itu melihat kejadian tersebut dari kejauhan, juga tampak tergerak untuk memberikan atensi kepada banyak bukan perokok yang saat itu jadi korban asap rokok orang lain. Saat membayar tagihan makan, saya berkata dengan si kasir untuk menemui manager on duty saat itu. Ketika si manager berdasi dan berpotongan rambut profesor datang dengan ramah menyambut. Dengan sopan saya mengingatkan bahwa sebaiknya di pasang tanda dilarang merokok di ruangan restoran ini. Dengan wajah ditekuk, si manager berkilah bahwa di ruangan ini memang tidak ada larangan merokok. Waduh repot juga si manager, tampang profesor tapi kepedulian dan wawasannya kosong.

Pura-pura tidak tahu ?

Para perokok di restoran dan sang manager tersebut apakah kurang wawasan atau memang pura-pura tidak tahu ? Apakakah mereka benar tidak tahu bahwa, perokok pasif juga sangat berbahaya. Penelitian yang terbaru juga menunjukan adanya bahaya dari second hand smoke yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang yang bukan perokok karena berada disekitar perokok juga bisa disebut perokok pasif.

Banyak penelitian yang membuktikan perokok dan perokok pasif cenderung sama dalam meningkatkan resiko timbulnya berbagai penyakit, seperti penyakit jantung dan penyakit ganggguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin. Anak-anak dengan perokok pasif juga beresiko tinggi mengalami SIDS (Sudden Infant Death Syndrome atau kematian bayi mendadak tanpa sebab), infeksi saluran napas, memperburuk asma, infeksi telinga, dan resiko seperti di atas 10 kali lipat lebih mudah terjadi dibandingkan pada anak yang bukan secondhand smoke

Kandungan dalam asap sebatang rokok yang dihisap tidak kurang dari 4000 zat kimia beracun. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas sekitar 85 persen dan partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid, urethan, benzen, methanol, kumarin, 4 etilkatekol, ortokresol dan perylene adalah sebagaian dari beribu-ribu zat didalam rokok. Komponen gas asap rokok adalah karbonmonoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol, dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker (karsinogen).

Perokok pasif juga beresiko tinggi mengalami komplikasi atau sukarnya penyembuhan luka setelah pembedaan termasuk bedah plastik dan rekontruksi, operasi plastik pembentukan payudara dan operasi yang menyangkut anggota tubuh, bagian bawah.

Salah satu penelitian menyebutkan, efek rokok selama kehamilan pada anak baru akan hilang setelah anak berusia 14 tahun. Dan setelah dewasa mereka pun cenderung untuk merokok juga. Menurut penelitian terbaru menunjukkan orang tua yang merokok mungkin akan mengakibatkan anak-anak mereka berisiko ketergantungan nikotin. Penelitian di Kanada tersebut menunjukkan bahwa orangtua yang merokok di sekitar anak-anak mereka dalam mobil dan rumah bisa memicu gejala ketergantungan nikotin pada anak-anak, karena mereka semakin terpapar asap karena perokok pasif. “Peningkatan paparan perokok pasif , baik di dalam mobil dan rumah, dikaitkan dengan peningkatan resiko anak-anak mengalami gejala-hhgejala gejala-gejala ketergantungan nikotin, meskipun anak-anak ini tidak pernah merokok,” demikian dikatakan Dr Jennifer O’Loughlin, seorang profesor di Universite de Monteal Departemen Sosial dan Preventive Medicine dan seorang peneliti di Pusat Hospitalier de l’Universite de Montreal.

Diperkirakan, merokok di awal kehamilan meningkatkan perilaku agresif pada si anak kelak sebanyak 25%. Bila si ibu merokok saat anaknya berusia 5 tahun, angka tersebut meningkat 16%, menjadi 41%. Secara signifikan terbukti, anak-anak dari ibu yang menghisap lebih dari setengah bungkus rokok per hari saat hamil cenderung mengalami gangguan perilaku dibandingkan dengan anak-anak dari ibu bukan perokok. Gangguan perilaku yang timbul pada anak dari ibu yang merokok pada saat hamil adalah: cengeng, terlalu penakut, cemas atau gelisah, antisocial, menarik diri, tidak bisa bergaul dengan orang lain, sulit bergaul dengan sebayanya, sulit konsentrasi, gangguan atensi, tidak dapat duduk tenang, hiperaktif, koordinasi tubuh buruk, canggung, selalu mendebat, tidak patuh, keras kepala, pemarah, emosi cepat berubah, penggugup, gangguan belajar terutama pada bidang matematika dan bahasa, lebih lambat menerima pelajaran dan hasil tes lebih rendah. Hal buruk yang lain adalah secara fisik, anak-anak yang semasa dalam kandungan terpapar asap rokok bertubuh lebih pendek serta memilki volume otak lebih kecil. Jadi relakah, bila anda atau anak anda yang tidak merasakan nikmatnya rokok ikut merasakan bahayanya asap rokok ?

Itulah wajah kecil masyarakat kita yang masih harus berbenah. Seharusnya tanpa rambu peringatan dilarang merokokpun seharusnya mereka sadar. Tapi, jangankan tanda dilarang merokok, Perda dilarang merokok di tempat umum saja dilanggarnya. Dengan menghela napas kita juga maklum perilaku perokok. Seorang perokok pasti tidak peduli dengan kesehatan diri sendiri, apalagi kesehatan orang lain di sekitarnya pasti lebih diabaikan.

Seharusnya di bungkus rokok ditulis ; “SAAT ANDA MEROKOK, HARGAILAH KESEHATAN ORANG LAIN DI SEKITAR ANDA”. Bila itu sudah dilakukan tapi perokok masih bandel, maka sudah saatnya semua perokok pasif harus lebih keras mengingatkan perokok yang egois dan bebal saat merokok di tempat umum. Bila itu sudah dilakukan tapi perokok masih bandel, maka sudah saatnya semua perokok pasif harus aktif mengingatkan dengan keras kepada perokok yang egois dan bebal saat merokok di tempat umum. Sewajarnya harus bertindak lebih keras, saat kita dan nyawa anak kita ikut terancam akibat ulah para perokok yang egois.


Dr Widodo judarwanto SpA



Provided by
SAVE CHILDREN FROM SMOKE
Yudhasmara Foundation

OUR KIDS ARE THE FUTURE. PROTECT OUR KIDS. DON’T SMOKE AROUND KIDS. http://savechildfromsmoke.wordpress.com/,
Copyright © 2009, Save Our Children from Smoke Network Information Education Network. All rights reserved

25 komentar:

  1. aku yo paling sebel mbak karo wong ngrokok sing ra reti aturan..untunge bojoku ra ngrokok..:)

    BalasHapus
  2. aku we butuh konco neng ruangan ben ora ngrokok...

    BalasHapus
  3. paling gemeeessss nek ndelok wong ngrokok ning ruang tertutup, opo meneh ber ac

    BalasHapus
  4. aku perokok tapi kalo deket anak kecil tidak akan merokok...

    BalasHapus
  5. setuju karo ayi...
    aku merokok tapi tetep liat situasi sekitar. kalo ruang tertutup dan banyak org tidak merokok mending tidak merokok, kalopun pengen ngerokok..mending aku yang keluar ruangan.

    aku sendiri merokok juga sebel karo perokok2 lain yang tidak bisa menjaga kelakuannya..

    BalasHapus
  6. 20 tahun aku udah perang sama perokok ndablegh terutama di angkot dan bandara, juga resto. Pokoknya tempat publik. Dari adu fisik sama preman kampung sampe adu mulut sama cewek berhighheels tanpa tata krama. Aku rasa cewek cantik di resto ber ac itu gak beda sama preman kampung bertatto di angkot...sama egois dan gak punya otak...bleh*

    BalasHapus
  7. saya juga tak bosan-bosannya menjadikan semua media, termasuk blog pribadi, untuk kampanye anti-(me)-rokok sembarangan. boleh merokok, asal asapnya jangan sampai terhisap oleh "yang bukan berhak". :P

    BalasHapus
  8. Alhamdulillah... Bojoku juga ndak ngrokok lagi. Malah sekarang jadi penganjur hidup sehat.. :)

    BalasHapus
  9. woo.. ben yen ngrokok njuk diseneni yo?:D

    BalasHapus
  10. Dikiranya semua orang suka kena asap rokok ya?

    BalasHapus
  11. Lha iki contoh perokok yang tidak egois..

    BalasHapus
  12. Mbak Ari.. sayangnya kalo kita ngotot perang mulut gitu.. tidak selalu mendapat dukungan dari orang yang in-charge di situ ya?.. Manager resto-nya atau kondektur bis atau satpam Bandara.. kadang - kadang malah menenangkan kita yang protes, bukannya negur yang merokok sembarangan, aneh!

    BalasHapus
  13. Toss Mas Tian! Save our children from smoke!

    BalasHapus
  14. iya nih.... saya jg lagi menyemangati suami supaya brenti ngrokok... biarpun susyeee beneerrr....

    BalasHapus
  15. beberapa hari yg lalu besuk orang sakit paru2 di RS Persahabatan, Rawamangun. Sejak itu, semakin sebal dengan orang yg merokok sembarangan.

    BalasHapus
  16. Semoga sukses Mbak..
    Berhenti merokok memang berat, memerlukan tekad yang kuat dan dukungan dari orang - orang sekitar. Bukan hanya keinginan merokok yang sangat kuat, tetapi juga keadaan fisik saat pasokan rokok dikurangi, menjadi tidak nyaman bagi si perokok, dan dampaknya mempengaruhi orang - orang disekelilingnya juga. Be tough! dan jangan menyerah.. :)

    Every man can start smoking but only real man can stop!

    BalasHapus
  17. Ya.. mudah mudahan para perokok makin tidak egois ya.. setidak tidaknya membatasi kepulan asap hanya untuk dirinya saja.. :)

    BalasHapus
  18. tenan mbak..aku lek ono arek cilik mending ngadoh...atau kalo cewek ya ijin dulu...kecuali yang tidak merasa keberatan hehehehe

    BalasHapus
  19. dikandani aku ga tego nek ngrokok ono kancane sing ga ngrokok

    BalasHapus
  20. untung aku ga merokok,bapakku ga ngerokok,sodara cowokku ga ngerokok..anugerah tenan :)

    BalasHapus
  21. Topp Yik, tapi jane yen ra ngrokok tambah topp maneh, duite dicelengi ben umur 35 sido sugih tenan :p

    BalasHapus
  22. Karo kancane ra tegel tapi karo awake dewe malah tegel ki piye..

    BalasHapus
  23. Wah senengnya.. Alhamdulillah....

    BalasHapus
  24. hehehehe..wes ono jatahe dewe..mending gak mangan timbangane gak ngerokok

    BalasHapus